Ilustrasi oleh Sutarjo Setelah pidato Nawaksara ditolak MPRS, Bung Karno pun harus rela untuk turun dari kursi kepresidenan. Memang dem...
Ilustrasi oleh Sutarjo |
Jenderal Soeharto memerintahkan Bung Karno untuk meninggalkan istana sebelum tanggal 17 Agustus 1967 dan sebagai gantinya disediakan guesthouse di jalan Iskandarsyah. Namun Bung Karno berpendirian anak – anaknya tidak usah pindah ke guesthouse, tapi ke rumah ibu mereka, Fatmawati.
Merasa iba, Menpora waktu itu Pak Maladi telah menyediakan enam rumah untuk putera – puteri Bung Karno, tapi Bung Karno malah marah dan tetap pada pendiriannya semula. Selain itu anak – anak Bung Karno tidak boleh membawa apa – apa dari istana kecuali buku pelajaran, perhiasan sendiri, dan pakaian sendiri. Hal ini membuat Guntur , anak tertua Bung Karno, merasa kecewa karena kabel antenna televisi yang sudah ia gulung ternyata harus ditinggalkan begitu saja.
Sogol, anggota pengawal presiden bagian hygiene, kemudian pergi ke rumah Fatmawati untuk mengabarkan kepindahan anak – anaknya, hal ini membuat Fatmawati sewot karena rumahnya sempit dan tak punya tempat tidur untuk anak – anaknya. Mendengar hal itu Panglima Angkatan Kepolisian Sucipto segera membawa 4 tempat tidur kayu yang bersusun, tapi Fatmawati masih sewot karena tidak dikasih seprei dan sarung bantal.
Bung Karno sendiri meninggalkan istana dengan memakai celana piyama dan kaos oblong cap cabe. Baju piyama disampirkan di pundak dan memakai sandal cap Bata yang sudah usang. Tangan kanannya memegang kerttas koran yang berisi bendera pusaka Sang Saka Merah Putih. Kemudian Bung Karno pergi menuju Wisma Yaso dengan memakai mobil pribadinya, VW Kodok.
Yang aneh, barang – barang pribadi yang sangat mahal nilainya di tinggalkan begitu saja oleh Bung Karnodi Istana Merdeka. Sebuah team yang terdiri 9 orang militer , sebagaimana yang tercantum dalam buku Maulwi Saelan, menginventarisir barang – barang tersebut yang terdiri dari emas berbagai bentuk dari balokan, coin, perhiasan, kain wool, pakaian, benda- benda seni, buku – buku, yang tercatat disimpan dalam 11 lemari ( belum termasuk yang tidak tercatat ).
Lebih trenyuh lagi ketika TD Pardede, pengusaha nasional asal Medan menuturkan bahwa Bung Karno pernah meminta uang untuk bayar utang dan beli cat, Pardede memberi Bung Karno uang sebanyak seribu dollar. Sementara Doel Arnowo, tokoh PNI dari Surabaya sempat bengong ketika suatu hari Bung Karno menelponnya ,”Doel , engkau mesti ke Jakarta. Aku butuh duit “. Setelah Doel memberi uang pada Bung Karno, presiden RI itu kalem saja berkata, “Sudahlah kau pulang ke Surabaya.”
COMMENTS